Setelah beberapa kali tertunda, akhirnya saya dan teman-teman goweser ATB Bandung Selatan berkesempatan untuk gowes mencicipi trek XC Kertamanah - Cisanti - Malabar yang cukup menantang di daerah Pangalengan Bandung Selatan, dengan diantar oleh teman-teman goweser dari Pangalengan. Trek ini cukup variatif dan lumayan menguras stamina, gowes dimulai dari pintu masuk Perkebunan Kertamanah di daerah Elos, sekitar 1 km sebelum kota Kecamatan Pangalengan, menuju areal PLTP Wayang-Windu dengan menyusuri hamparan perkebunan teh Perkebunan Kertamanah PTPN VIII, kemudian dilanjutkan dengan menyusuri trek offroad menuju Situ Cisanti yang merupakan mata air dari Sungai Citarum. Dari Situ Cisanti gowes dilanjutkan menuju titik finish di Pemandian Cibolang Perkebunan Malabar.
Titik start |
Untuk menuju areal PLTP Wayang-Windu - Perkebunan Kertamanah bisa melalui 2 jalur. Yang pertama adalah lewat jalur reguler menanjak dan menurun menyusuri hamparan perkebunan teh yang cukup memanjakan mata di sepanjang jalan perkebunan yang relatif bagus, kurang lebih sekitar 8 km menuju ke pabrik pengolahan teh Perkebunan Kertamanah, kemudian dilanjutkan menyusuri jalan aspal menanjak memasuki areal PLTP Wayang-Windu. Yang kedua adalah dengan melewati trek offroad di tengah-tengah perkebunan teh yang secara jarak lebih dekat daripada jalur normal, tapi membutuhkan keterampilan, stamina dan konsentrasi ekstra ketika melewatinya, karena jalur yang dilalui sebagian besar adalah makadam menanjak dan menurun yang di beberapa tempat tertutupi rerumputan atau menjadi aliran air sehingga membuat trek menjadi licin saat kita melewatinya, sedikit lengah bisa membuat kita terjatuh menghantam bebatuan di sepanjang treknya. Kami memilih opsi kedua dengan menyusuri trek offroad walaupun dengan konsekuensi badan kami dipermainkan trek makadam menanjak dan menurun selama sekitar 1 jam, sebelum akhirnya kami sampai di daerah Campaka, yang merupakan pertemuan dari jalur reguler dan jalur offroad yang baru saja kami lewati. Posisi daerah ini sekitar 250 meter sebelum pabrik pengolahan teh Perkebunan Kertamanah.
Campaka |
Di Campaka kami beristirahat sejenak mengatur kembali nafas karena trek yang akan dilalui berikutnya adalah jalur menanjak menuju areal PLTP Wayang-Windu. Dan seperti perkiraan kami sebelumnya, jalur aspal menanjak ini benar-benar menguras stamina, jarak yang tidak begitu jauh (sekitar 3 km) harus kami lewati dengan bersusah payah. Di sebagian perjalanan, jalur yang kami lewati berdampingan dengan pipa-pipa gas yang menyalurkan panas bumi dari sumur-sumur menuju PLTP, rasanya boleh juga kalau kami menyebut jalur ini sebagai JPG/ jalur pipa gas-nya Pangalengan. Semakin jauh perjalanan semakin berat, selain karena pengaruh ketinggian (titik tertinggi dari jalur ini berada di ketinggian 1.790 Mdpl) juga karena tanjakan yang dihadapi menjadi semakin curam. Namun mengingat trek yang akan dihadapi berikutnya yaitu singel trek menurun yang cukup panjang menuju Situ Cisanti membuat kami bersemangat untuk segera menuntaskan jalur menanjak ini. Setelah bersusah-payah menuntaskan jalur ini, sampailah kami di sebuah pertigaan, arah lurus menyusuri jalan aspal ini akan sampai di sebuah sumur panas bumi sekaligus menjadi akhir dari jalan aspal, jalur yang kami ambil adalah singel trek menurun yang mengarah ke selatan. Inilah bonus yang akan segera kami nikmati setelah bersusah payah menyusuri jalur menanjak sebelumnya.
Penangkaran Rusa Perkebunan Kertamanah |
Menuju power plant PLTP Wayang-Windu |
Titik tertinggi dari trip ini, 1790 mdpl |
Setelah regrouping dan mempersiapkan sepeda, satu persatu kami mulai menyusuri trek yang sangat menggoda ini. Menyusuri singel trek ini hanya menawarkan 2 pilihan, yaitu memacu kecepatan sepeda namun melewatkan kesempatan untuk menikmati pemandangan indah di sepanjang perjalanan, atau memilih opsi kedua yaitu mengendarai sepeda pelan-pelan saja sambil sesekali berhenti untuk menikmati dan mengabadikan keindahan yang tersaji, dan melewatkan kesempatan untuk menikmati sensasi meningginya adrenalin ketika kita memacu sepeda. Seperempat dari keseluruhan trek sudah dilewati, kami mulai meninggalkan hamparan perkebunan teh dan masuk ke lahan-lahan pertanian di sekeliling trek. Singel trek menuju Situ Cisanti masih panjang, namun mulai dari sini kembali keterampilan dan konsentrasi kita bersepeda harus kembali dimaksimalkan, karena di singel trek berikutnya, banyak batu-batu besar baik yang tertanam dan menyembul ke permukaan trek, ataupun batu-batu lepas siap menjatuhkan kita. Namun bagi para penikmat turunan, selama konsentrasi maksimal, kita tetap bisa memacu sepeda melaluinya.
Menuju singel trek |
trek hancur karena air hujan |
Pemandangan yang indah tersaji di depan mata, danau dikelilingi hutan yang masih sangat alami, hembusan angin pegunungan sejuk menerpa kami yang tengah beristirahat di tepian danau. Di sebelah utara terbentang pegunungan Kendang bersambung dengan gunung Papandayan yang eksotis. Di tepian danau sambil beristirahat kami memperhatikan beberapa orang yang sedang memancing, di sisi yang lain terlihat anak-anak sedang bermain air di tepian Situ Cisanti yang dangkal, sungguh sangat damai tenteram, beberapa teman entah sudah berapa kali berfoto-foto mengabadikan semua keindahan ini. Teman kami yang membawa kompor portabel menyalakan kompornya dan segera memanaskan air dan menyeduh teh hitam dan kopi. Waktu istirahat menjadi semakin sempurna dengan sajian secangkir teh hitam dan kopi panas….nikmat sekali.
tiba di tepian situ Cisanti |
Satu jam berlalu dengan sangat cepat, belum puas rasanya kami mereguk semua kenikmatan dan kedamaian berada di tepian Situ Cisanti, namun perjalanan pulang yang masih cukup panjang membuat kami mau tidak mau harus rela berpisah dengan Situ Cisanti. Berdasarkan keterangan dari teman goweser Pangalengan yang mengantar kami, trek Kertamanah-Cisanti yang tadi dilewati itu baru separuh dari trek yang sudah direncanakan. Rute berikutnya yang akan kami tempuh adalah trek Cisanti - Pemandian Cibolang Malabar, yang komposisinya adalah 50% tanjakan dan 50% turunan. Tepat pukul 16.00 kami beranjak meninggalkan Situ Cisanti dengan menyusuri tepian danau menuju jalan besar yang menjadi penghubung antara kecamatan Kertasari dan kecamatan Pangalengan.
Memasuki jalan besar kami langsung berhadapan dengan tanjakan yang lumayan berat, fisik yang sudah melemah membuat perjalanan menjadi sedikit tersendat, tertatih-tatih kami menyusuri tanjakan ini, dan selepas tanjakan kami disambut hamparan kebun teh di sekeliling kami, kami gowes di tengah-tengah kebun teh menghijau, lumayan untuk mengobati rasa lelah setelah melewati tanjakan tadi.
500 m selepas tanjakan kami memintas jalan, memasuki trek makadam disambung singel trek di tengah-tengah kebun teh menuju kampung Citawa, sebuah perkampungan karyawan perkebunan yang terletak di lereng selatan Gunung Wayang, pemandangan masih didominasi hamparan perkebunan teh. Selepas kampung Citawa, untuk mencapai singel trek terakhir menuju titik finish di pemandian Cibolang kami harus melalui trek makadam menanjak, malas rasanya melewatinya, tapi tanjakan ini harus segera dilalui untuk secepatnya menuju singel trek menurun di lereng gunung wayang menuju pemandian Cibolang, tak lama kemudian sampailah kami di jalur yang dipenuhi rerumputan, meskipun kondisinya datar, tapi gowesan terasa berat ketika ban kita menginjak rerumputan tersebut, dan akhirnya sampailah kami di singel trek terakhir.
Perjalanan menjadi sedikit terhambat di turunan ini. Kami harus menjaga jarak antar goweser di depan dan belakang, jadilah kami menuruni trek itu satu per satu. Setelah semua tiba di ujung turunan, perjalanan kembali dilanjutkan, trek berubah lagi menjadi singel trek di pinggir jurang, berada di atas kampung cipanas dekat pemandian cibolang. Di turunan terakhir ini meskipun kondisi trek tidak terlalu banyak kelokan tapi kami harus ekstra waspada karena komposisi trek ini adalah trek tanah dengan beberapa batuan lepas di sepanjang treknya, sedikit lengah kami bisa terjatuh ke jurang yang lumayan dalam. Sekitar 15 menit kami melahap singel trek menurun ini, akhirnya sampailah kami di titik finish trek ini di dekat pemandian Cibolang perkebunan Malabar.
Di cibolang, tiba-tiba godaan untuk berendam di pemandian air panas datang menyelinap, tapi kami segera menepis godaan itu karena perjalanan menuju bandung masih cukup jauh, sekitar 40km lebih, dan waktu sudah menunjukkan pukul 17.30, kami harus cepat-cepat melanjutkan perjalanan supaya tidak terlalu malam tiba di Bandung.
Perjalanan dari Cibolang menuju Pangalengan belum dikatakan mudah, menyusuri jalan raya pun kami masih harus berhadapan dengan beberapa tanjakan, dan melewatinya dengan sisa-sisa tenaga merupakan ujian tersendiri, terutama bagi mental kami. Waktu menunjukkan pukul 20 kurang ketika kami sampai di Pangalengan, masih sekitar 2 jam lagi untuk sampai ke rumah.. Untunglah dari kota Pangalengan sampai kota Kecamatan Banjaran sejauh kurang lebih 20 km kita tidak usah menggowes sepeda, jalan menurun berhotmix mulus siap mengantarkan kita menuju Banjaran, kami kembali memacu sepeda menuju Banjaran. Jam 21 sampailah kami di kota Kecamatan Banjaran, dan dengan sisa-sisa tenaga yang ada kami melanjutkan perjalanan menuju rumah masing-masing. Trip yang sangat melelahkan, namun dengan sensasi turunan yang cukup ekstrem, pemandangan indah di sepanjang jalur yang dilewati, pemandangan Situ Cisanti dan hamparan perkebunan teh yang mempesona, rasanya sangat sepadan untuk membayar rasa lelah kami menaklukkan trek XC Kertamanah - Cisanti - Malabar.