Di Ciwidey ada curug yang lokasinya
tidak terlalu jauh dari kota Ciwidey? masa iya sih. Itulah kesan saya ketika
pertama kali mendengar dari seorang kawan bahwa di daerah Ciwidey ada curug
atau air terjun. Saya sedikit terkejut, soalnya dari yang selama ini saya
ketahui dari sekian banyak obyek wisata yang ada di daerah Ciwidey dan
sekitarnya tidak pernah saya mendengar obyek wisata curug/ air terjun, tapi
teman saya meyakinkan saya bahwa memang di daerah Ciwidey terdapat curug karena
dia memang pernah hiking kesana dan kemudian
menantang saya untuk membuktikannya sendiri dan saya menyanggupinya. Ialah
curug Cipanji, terletak di desa Tenjolaya kecamatan Pasirjambu Ciwidey. Saya dan
beberapa orang teman akhirnya memutuskan untuk mengunjunginya dengan bersepeda
MTB.
Dan pergilah kami kesana. Setelah
melahap tanjakan-tanjakan sepanjang perjalanan dari Bandung, sampailah kami di Ciwidey.
Jalan menuju curug ini berada tidak jauh setelah melewati satu rumah makan
sunda terkenal di sana, kita kemudian akan menemukan belokan ke kiri, itulah
jalan menuju ke curug Cipanji. Dan kita akan menerima kejutan yang berkesan
manakala melewati jalan ini, tanjakan-tanjakan panjang, fisik kita diuji lagi
untuk melewati tanjakan-tanjakan ini. Jalan yang dilalui sudah beraspal hotmix, dengan lebar sekitar 3-4 meter.
Setelah sekitar 1 km kita bergerak kita akan menemukan jalan bercabang, ambil
jalan yang ke kanan dan kejutan itu masih berlanjut, kita masih harus melewati
tanjakan-tanjakan lagi, beruntung jalan yang lumayan mulus memudahkan kami
untuk melewatinya, dan setelah ini kita menemukan lagi sebuah persimpangan, dan
jalur yang diambil adalah ke kanan, ke arah perkebunan teh.
Foto bersama sebelum memasuki singel trek |
Jalur yang pendek namun melelahkan karena tanjakannya semakin
terjal, dan jalan beraspal akan segera berakhir berganti dengan makadam, dan
setelah kita melewati jalur makadam ini saatnya kita untuk beristirahat. Di
ujung jalan besar sebelum memasuki jalan setapak kita akan menemukan rumah
penimbangan pucuk teh yang lumayan luas, tempat yang cocok untuk mengumpulkan
tenaga, karena jalur yang akan dihadapi berikutnya adalah trek tanah merah
menyusuri kebun teh sebelum jalur ini membawa kita masuk ke hutan, dan tentu
saja, masih menanjak. Di trek ini rasanya nyali dan tenaga saja rasanya belum
cukup, harus diikuti oleh perhitungan matang dan kemampuan pengendalian sepeda
untuk melewatinya, saya benar-benar merasakan susahnya mengendalikan sepeda
ketika mendakinya, apalagi nanti ketika menuruninya, tampaknya akan menjadi
sebuah balasan yang sempurna, idaman para penggemar MTB. Perjalanan menyusuri
kebun teh seakan singkat karena kita dimanjakan oleh pemandangan alam yang
sangat indah, hamparan kebun teh dengan latar belakang kota Ciwidey dan barisan
bukit-bukit yang ada di sekitarnya. Tak terasa kita akhirnya masuk ke hutan,
tapi ternyata hutan yang dari kejauhan tadi kelihatan lebat itu ternyata tidak
seperti kelihatannya, banyak lahan yang sudah beralih fungsi menjadi
lahan-lahan pertanian, entah legal atau ilegal, sedikit rasa kecewa dan
terenyuh menyelinap di hati.
Sepeda kami hanya bisa dikendarai sampai sekitar 2 km,
selanjutnya jalan menurun curam menuju dasar lembah, sepeda pun harus dituntun.
Setelah menyeberangi sungai perjalanan menjadi semakin sulit, jalan yang licin
dan curam harus dilewati, sepeda sudah tidak mungkin lagi dinaiki.
Beruntung
jaraknya tidak terlalu jauh, sekitar 100 m dan jalan pun berakhir di pinggir
sungai. Sepeda sudah tidak memungkinkan lagi untuk dibawa, sedangkan curug
masih belum kelihatan juga, bahkan gemuruh suara air terjunnya sekalipun belum
kedengaran. Akhirnya kami memutuskan untuk meninggalkan sepeda di sana dan
meneruskan perjalanan tanpa membawa sepeda, setelah sepeda kami amankan
perjalanan pun dilanjutkan. Dari jawaban seseorang yang sempat kami temui di
perjalanan, seharusnya curug itu sudah tidak terlalu jauh lagi jaraknya dari
posisi kami, dan benar saja, setelah sekitar 50 meteran kami menyusuri sungai
sampailah kami di curug Cipanji.
Curug pertama yang kami temui ini berupa tebing sungai yang landai sehingga lebih menyerupai sebuah perosotan besar yang dialiri air, pantas orang yang tadi kami tanyai menyebutnya dengan “sosorodotan”/ perosotan.
Kami masih penasaran karena orang tadi menyebut masih ada lagi curug-curug yang
lebih tinggi. Benar saja, setelah kami menyeberangi curug yang pertama, dari
kejauhan terlihat ada 2 curug lagi, bersusunan, yang bawah tingginya sekitar 5
meter, dan yang di atas tingginya sekitar 8 meter. Sebuah kejutan bagi kami,
bisa menyaksikan 3 curug/ air terjun bersusun seperti ini, tapi masih saja kami
penasaran karena ini semua belum dapat menjelaskan jawaban dari orang tadi.
Kami mencoba untuk menyusuri jalan setapak yang posisinya berada di tebing di atas curug-curug tadi, harus ekstra hati-hati melewatinya, karena jika terpeleset curug-curug sudah siap menelan kami. Di ujung curug ketiga, jalan buntu. Kita harus menyeberangi sungai ini, jaraknya sekitar 1 meter di depan mulut air terjun, adrenalin meninggi, namun rasa penasaran membuat keinginan untuk melihat curug yang tertinggi mengalahkan rasa itu. Setelah menyeberanginya, mulailah terlihat banyak uap air dan terpaan angin kencang, kami yakin curug pertama sudah semakin dekat. Inilah jawaban dari orang tadi rupanya, curug Cipanji!. Curug setinggi sekitar 15 meter dengan debit air yang besar namun jernih menimbulkan uap-uap air dan menghembuskan angin yang cukup besar ketika airnya menyentuh dasar air terjun, membasahi pepohonan yang berada di sekitarnya, Indah!
Perjalanan melelahkan sejak dari Bandung terbayar di sini.
Hembusan angin yang disertai uap air menghilangkan penat kami, berganti
kesegaran. Lokasi yang bersih karena curug ini memang jarang dikunjungi orang
memberikan kami sesuatu yang berbeda. Terbebas dari hiruk pikuk aktifitas
manusia, baik yang berwisata ataupun para pedagang dengan lapak-lapaknya
diposisikan tepat berada di sekitar air terjun, serakan sampah dan
perilaku-perilaku menyimpang lainnya yang akhirnya hanya merusak keindahan
lokasinya itu sendiri. Di sini yang kami lihat dan rasakan hanyalah sebuah
keindahan alam yang berada dalam kesunyian. Kami hanya ditemani gemuruh air
terjun, suara-suara burung penghuni hutan dan pepohonan tinggi yang
mengelilingi kami, sungguh eksotis. Padahal kami mengunjungi curug ini pada
hari Minggu, tapi jarang sekali orang di sana. Kami hanya bertemu kurang dari
15 orang pada saat itu, di lokasi maupun di sepanjang perjalanannya, cukup
mengejutkan mengingat lokasi curug ini yang tidak terlalu jauh jaraknya dari
kota Ciwidey.
Bagi orang-orang yang memiliki ketertarikan terhadap hal-hal
yang berbau mistis, kesunyian di tempat ini pasti akan menimbulkan nuansa
berbeda dan akan menimbulkan pikiran-pikiran tentang hal-hal gaib. Tapi di luar
itu, pesona curug Cipanji benar-benar memanjakan kita. Empat curug yang
bersusun dengan airnya yang jernih dan udaranya yang sejuk membuat kita betah
berlama-lama di sini, bahkan rasa dingin yang semula menyelimuti kami
terkalahkan melihat godaan airnya yang jernih, jadilah kami semua berenang di
curug keempat, yang berupa perosotan itu, meluncur ke dasarnya yang berupa
cerukan lebar. Bagi kami, ini adalah sebuah waterboom
alami, hasil karya alam yang menakjubkan.
Saatnya pulang, melihat siang yang semakin mendung membuat
kami harus bergegas pulang, trek tanah yang masih basah bekas hujan hari
sebelumnya siap menguji kemampuan kami bersepeda. Segera kami ambil sepeda dan
menuntunnya kembali menuju ke atas lembah, ke trek yang akan membawa kami
kembali ke perkebunan teh di bawah sana. Dan kesenangan pun dimulai, kami
benar-benar menikmati naiknya adrenalin ketika meluncur dan meliuk-liuk
melintasi trek menurun ini. Tidak terasa sampailah kami di trek makadam
kembali, mengantarkan kami menuju jalan aspal kembali ke Ciwidey dan pulang ke
rumah dengan membawa berjuta pengalaman mengesankan.
Sambil bercanda salah satu teman saya bilang, mudah-mudahan
curug ini tidak terdeteksi oleh masyarakat lainnya maupun oleh pemerintah/
dinas pariwisata sehingga tidak akan ada pembangunan yang dapat mengubah
kondisi alamnya, juga kemungkinan banyaknya wisatawan yang datang berwisata
yang ditakutkan akan ikut menyumbang kerusakan di sekitar curug Cipanji.
Sehingga suasana alam di sekitarnya akan tetap seperti apa adanya, dan curug Cipanji
akan tetap berada dalam kedamaian dan kesunyiannya.
pengalaman yg sangat luar biasa ya gan....
BalasHapusapalagi dengan bersepeda, tentunya sangat-sangat menyenangkan :D
happy cycling fun agaaan....
thank's gan.... :D bener,,banyak dapet hal2 baru, pengalaman baru, teman baru dan banyak hal menyenangkan lainnya :)
BalasHapusbtw, sori ya foto2nya ga muncul jadi agak ganggu pas bacanya...
asyik gan :D
BalasHapusmenyenangkan sekali..
good posting...
Mau bersepeda dan menikmati keindahan Kota Padang, kunjungi kami di disini
terima kasih
thank's gan.... :)
BalasHapusbagus posh nya
Hapusmari kita pergi di hari libur sekarang ke cipanji
BalasHapusmakasih gan..
BalasHapus